
Pemandangan nan indah terhampar sepanjang perjalanan saya menuju Dieng. Hamparan persawahan dengan tanaman tembakau, ditambah latar belakang Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro, serta gumpalan awan di horison langit berwarna biru, benar-benar lukisan alam paling sempurna yang pernah saya lihat.
Hawa dinginpun mulai terasa saat perjalanan saya sampai diwilayah Wonosobo, sebuah kota kabupaten yang berjarak sekitar 26 km dari wilayah Dieng. Perjalanan mendebarkan menuju dataran tinggi kedua didunia setelah Nepal ini segera dimulai.
The Journey is begin…
Jalan yang dibumbui tanjakan dan tikungan tajam, disertai kabut tebal serta gerimis kecil menemani perjalanan saya menempuh rute Wonosobo – Dieng yang berliku. Pemandangan pegunungan dan lembah seakan lenyap disapu lautan kabut, rasanya seperti berkendara diatas awan, sungguh mengundang decak kagum…
Kurang lebih setengah jam berlalu, dari kejauhan tampak gerbang selamat datang yang menandakan keberadaan saya di Dieng. Daerah ini dulunya merupakan tempat terpencil di Jawa Tengah, namun kini tampak ramai. Mini Bus antar kota dan kendaraan bak terbuka dengan terpal diatasnya memadati jalan kecil ditempat itu. Selamat datang di Dieng.
Dieng berasal dari bahasa sansekerta yaitu “Di” yang berarti tempat yang tinggi atau gunung dan “Hyang” yang berarti kahyangan. Dengan menggabungkan kedua kata tersebut, maka bisa diartikan bahwa “Dieng” merupakan daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam.Jalan yang dibumbui tanjakan dan tikungan tajam, disertai kabut tebal serta gerimis kecil menemani perjalanan saya menempuh rute Wonosobo – Dieng yang berliku. Pemandangan pegunungan dan lembah seakan lenyap disapu lautan kabut, rasanya seperti berkendara diatas awan, sungguh mengundang decak kagum…
Kurang lebih setengah jam berlalu, dari kejauhan tampak gerbang selamat datang yang menandakan keberadaan saya di Dieng. Daerah ini dulunya merupakan tempat terpencil di Jawa Tengah, namun kini tampak ramai. Mini Bus antar kota dan kendaraan bak terbuka dengan terpal diatasnya memadati jalan kecil ditempat itu. Selamat datang di Dieng.Kurang lebih setengah jam berlalu, dari kejauhan tampak gerbang selamat datang yang menandakan keberadaan saya di Dieng. Daerah ini dulunya merupakan tempat terpencil di Jawa Tengah, namun kini tampak ramai. Mini Bus antar kota dan kendaraan bak terbuka dengan terpal diatasnya memadati jalan kecil ditempat itu. Selamat datang di Dieng.
Dieng berasal dari bahasa sansekerta yaitu “Di” yang berarti tempat yang tinggi atau gunung dan “Hyang” yang berarti kahyangan. Dengan menggabungkan kedua kata tersebut, maka bisa diartikan bahwa “Dieng” merupakan daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam.Jalan yang dibumbui tanjakan dan tikungan tajam, disertai kabut tebal serta gerimis kecil menemani perjalanan saya menempuh rute Wonosobo – Dieng yang berliku. Pemandangan pegunungan dan lembah seakan lenyap disapu lautan kabut, rasanya seperti berkendara diatas awan, sungguh mengundang decak kagum…
Dieng berasal dari bahasa sansekerta yaitu “Di” yang berarti tempat yang tinggi atau gunung dan “Hyang” yang berarti kahyangan. Dengan menggabungkan kedua kata tersebut, maka bisa diartikan bahwa “Dieng” merupakan daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam.
Selain dataran tertinggi kedua di dunia, Dieng merupakan dataran yang terluas di Pulau Jawa. Dieng terletak pada posisi geografis 7’ 12’ Lintang Selatan dan 109 ‘ 54’ Bujur Timur, berada pada ketinggian 6.802 kaki atau 2.093 m dpl. Secara administratif Kawasan Dieng terbagi menjadi dua kawasan yaitu, Kawasan Dieng Kulon (Dieng Barat) yang terletak di Kabupaten Banjarnegara dan Kawasan Dieng Wetan (Dieng Timur) yang terletak diwilayah Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah.
Walaupun rasanya tidak sabar untuk segera berkeliling, tapi berhubung waktu sudah sore, serta cuaca yang saat itu hujan disertai kabut, rasanya tidak memungkinkan bagi saya untuk segera mengunjungi tempat wisata di wilayah itu. Setelah beristirahat sejenak melepas lelah, saya putuskan untuk mencari penginapan yang banyak tersedia di sepanjang jalan kota Dieng. Memang tidak terdapat hotel berbintang disini, tetapi banyaknya “home stay” dengan berbagai macam fasilitas dan harga membuat wisatawan yang ingin bermalam di Dieng mempunyai banyak pilihan.
Suasana Malam di Dieng
Melewati malam di Dieng merupakan pengalaman tak terlupakan. Suhu di Dieng mencapai 10 °C di malam hari, bahkan pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara kadang-kadang dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut “bun upas” (embun racun) karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Walaupun rasanya tidak sabar untuk segera berkeliling, tapi berhubung waktu sudah sore, serta cuaca yang saat itu hujan disertai kabut, rasanya tidak memungkinkan bagi saya untuk segera mengunjungi tempat wisata di wilayah itu. Setelah beristirahat sejenak melepas lelah, saya putuskan untuk mencari penginapan yang banyak tersedia di sepanjang jalan kota Dieng. Memang tidak terdapat hotel berbintang disini, tetapi banyaknya “home stay” dengan berbagai macam fasilitas dan harga membuat wisatawan yang ingin bermalam di Dieng mempunyai banyak pilihan.
Suasana Malam di Dieng
Melewati malam di Dieng merupakan pengalaman tak terlupakan. Suhu di Dieng mencapai 10 °C di malam hari, bahkan pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara kadang-kadang dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut “bun upas” (embun racun) karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Mencari makan malam disini tidaklah sulit, hampir sepanjang jalan terdapat warung makan dengan berbagai menu makanan. Tetapi yang paling banyak disediakan adalah makanan berkuah panas seperti bakso, soto dan makanan sejenis lainnya. Sedangkan untuk minuman, di Dieng terdapat minuman khas penghangat badan yang biasa disebut Purwaceng.
Objek Wisata di Dieng
Komplek Candi

Ada banyak peninggalan purbakala yang terdapat di Dieng. Candi-candi tersebut berpusat di komplek candi Arjuna, yang berada tepat ditengah-tengah wilayah Dieng. Tempat ini lah yang menjadi daya tarik wisatawan dan menjadi tujuan utama untuk melihat peninggalan-peninggalan purbakala. Walaupun di beberapa bagian sudah rusak dan menyisakan pondasi serta puing-puing, tetapi di bagian tengah komplek ini masih terdapat beberapa candi yang berdiri kokoh.
Dataran tinggi Dieng (DTD) adalah dataran dengan aktivitas vulkanik di bawah permukaannya, seperti Yellowstone ataupun Dataran Tinggi Tengger. Sesungguhnya ia adalah kaldera dengan gunung-gunung di sekitarnya sebagai tepinya. Terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya. Keadaan ini sangat berbahaya bagi penduduk yang menghuni wilayah itu, terbukti dengan adanya bencana letusan gas Kawah Sinila 1979. Tidak hanya gas beracun, tetapi juga dapat dimungkinkan terjadi gempa bumi, letusan lumpur, tanah longsor dan banjir.
Kawah Sikidang adalah kawah di DTD yang paling populer dikunjungi wisatawan karena paling mudah dicapai. Kawah ini terkenal karena lubang keluarnya gas selalu berpindah-pindah di dalam suatu kawasan luas. Karena seringnya berpindah-pindah seperti rusa/ kidang, maka orang2 sekitar menyebutnya kawah sikidang (anak Kijang) .
Telaga Warna...
Telaga Warna merupakan danau vulkanik yang berisi air bercampur dengan belerang, Apabila terkena sinar matahari akan memantulkan sinar warna warni karena kandungan bahan mineralnya. Terkadang berwarna biru dan kuning ataupun hijau dan kuning. Telaga Warna adalah salah satu obyek wisata andalan Kabupaten Wonosobo, yang terletak di dataran tinggi dieng. Karena keindahanya banyak wisatawan yang berkunjung ke telaga warna, baik domestik maupun mancanegara.
Sisi keindahan telaga warna dapat dilihat dari beberapa sudut, seperti disebelah barat dekat mushola ataupun diatas tangga menuju Dieng Teater. Beberapa ranting dan pohon yang terlihat menambah keelokan telaga warna, jika cuaca memungkinkan telaga warna memantulkan warnanya seperti variasi pelangi.
Mengenai mitos yang terdapat ditelaga warna, yang sampai dengan saat ini masih banyak di bicarakan adalah, dahulu ada sebuah cincin milik bangsawan yang memiliki kekuatan / bertuah terjatuh kedalam telaga warna. Singkat cerita cincin tersebut mengakibatkan warna warni pada telaga warna.
Mengenai mitos yang terdapat ditelaga warna, yang sampai dengan saat ini masih banyak di bicarakan adalah, dahulu ada sebuah cincin milik bangsawan yang memiliki kekuatan / bertuah terjatuh kedalam telaga warna. Singkat cerita cincin tersebut mengakibatkan warna warni pada telaga warna.
sampai jumpa dataran tinggi dieng...........
3 komentar
hahahaha.....keren...mantabb
masyaallah ajib banget di dieng
syukron gan atas komennya....jangan lupa ikuti traveling kita ik.
Post a Comment